Karena aku terbiasa membaca dan meresensi sebuah buku, menonton film tersebut hingga akhir membuatku menjadi emosional hingga tak terasa bulir-bulir air mata turun membasahi pipi.
- Tentang Wanita -
Wanita itu unik, dia seringkali mendapati
stigma sebagai makhluk yang lemah. Padahal
makna lemah sebenarnya bukan secara harfiah
karena tidak kuat. Lemah disini bermakna halus dan lembut.
Kelembutannya lah yang bertindak sebagai sumber kekuatannya.
Wanita lemah secara perasaan karena ia makhluk yang
sensitif terhadap perlakuan dan memberikan kasih sayang.
Ia rela bertaruh nyawa untuk melahirkan sebuah cinta baru.
Mudahnya, kita lahir karena rasa cinta kedua orangtua,
dan fakta nya, cinta memang selalu berdampingan dengan
yang namanya PENGORBANAN.
Memikirkan tentang itu, aku melihat diri sendiri. Dan juga
sosok wanita dalam film itu. Yang kurasa tidak benar-benar
dikatakan cukup feminim karena ternyata, wanita bisa saja mengambil peran laki-laki disaat tidak ada satupun orang yang
bisa melindunginya, atau memastikannya berada dalam rasa aman.
Wanita bisa memiliki jiwa maskulinitas tergantung dari keadaan yang membentuknya, walaupun dapat dipastikan dan dapat kalian tanyakan pada para wanita, apakah mereka benar-benar ingin menjadi maskulin independent? Aku dapat memastikan bahwa 90% jawabannya tidak. Siapa sih yang tidak ingin menjadi wanita yang seutuhnya tanpa harus mengambil peran survival yang lebih dominan dimiliki laki-laki? Kebanyakan wanita tangguh di zaman sekarang ini adalah mereka telah melewati hidup yang tidak mudah. Mereka terpoles menjadi baja yang tahan banting karena banyaknya segala medan terjal kehidupan yang sudah ia lewati.
Heran nya, ketika wanita menjadi mandiri, bisa melakukan segala hal,
kebanyakan lelaki justru banyak yang mengkritik dan cenderung menghindari wanita seperti itu.
Beberapa kejadian dilapangan yang sudah kuamati, mereka (laki-laki) berfikir bahwa wanita yang sedemikian itu tidak dapat dikontrol dan dinasehati. Padahal faktanya, wanita akan tetap bisa diarahkan tergantung bagaimana pasangannya menyampaikan komunikasi itu dengan baik. Sebagai seorang wanita yang mimpiku pun juga hampir sama dengan tokoh di film itu, semakin dewasa aku tidak takut sama sekali untuk ditinggal seorang laki-laki. Berbeda dengan diriku yang dulu, rasanya jika tidak bersama dengan lelaki yang kudambakan, hidup terasa tidak berwarna. Padahal hidupku bisa ku isi dengan berbagai macam warna jika aku mencintai diri sendiri.
-- 1 --
Mengapa aku mengatakan begitu, karena pada realitanya, dunia dewasa itu tidak cocok untuk menjalin hubungan dengan penuh drama dan penuh tuntutan, tetapi waktunya untuk menemukan seseorang yang dapat saling mengerti. Mengerti bahwa setiap orang punya hak nya untuk memperjuangkan mimpi dan juga sejuta harapan lain yang sedang ia usahakan agar dapat terwujud. Tuntutan yang kuizinkan adalah menuntutku untuk menjadi sosok lebih baik dan bersama-sama menjadi the best person of our life.
Saat ini, aku tidak takut ditinggal oleh siapapun karena aku tahu untuk mencintai diriku yang sekarang tidaklah mudah, wanita yang berbeda dari diriku yang dulu, yang tumbuh dengan polesan luka, kekecewaan, penyesalan dan rasa sakit sehingga aku yang sekarang lebih lihai menggunakan logika terlebih dulu ketimbang perasaan agar tidak kembali terjerat pada kondisi yang menyedihkan.
Yang kupahami adalah lelaki yang mengkritik dan mengolokmu adalah lelaki yang insecure dengan dirinya sendiri. Aku tidak memusingkan percintaan dan mengurusi siapa laki-laki yang benar-benar akan tulus memperjuangkanku, karena pastinya ia adalah cerminan dari diriku, maka dari itu aku hanya akan peduli dengan apa yang bisa membuatku tumbuh menjadi wanita yang lebih baik dan bermanfaat kepada orang lain. Dan aku selalu mengingat perkataan guruku bahwa lelaki yang baik adalah dia yang tidak akan berani menyentuhmu sebelum ucapan akad terlontar dari lisannya, dan tindakan/usaha nya jauh lebih terbukti daripada sekedar kata-katanya. Noted.
-- FIND YOUR PATH, CHOOSE YOUR DREAM, AND THEN YOU'LL BE FIND THE RIGHT PERSON ON THE RIGHT TIME --
Yap, last but not least.. Inilah akhir dari apa yang ingin kutuliskan. Tentang Wanita, Cinta, dan Cita-cita. Apakah ketiganya dapat berjalan beriringan? Mungkin bisa di beberapa orang, tapi belum tentu bisa di orang lain. Dan dalam kitab Taklim Muta'allim yang mana kitab pegangan para penuntut ilmu, disampaikan bahwa ilmu tidak akan masuk jika kita campur dengan memikirkan perkara hati dan lawan jenis. Maknanya, bukan berarti kita tidak boleh kagum dan menginginkan seseorang, tetapi jangan sampai kita mengesampingkan tujuan utama hanya demi memprioritaskan seseorang. Kita akan tetap hidup dan bersinar dengan ada atau tidaknya seseorang, namun kita akan sirna jika kita kehilangan diri sendiri.
Sekali lagi, cinta dan cita-cita keduanya adalah bentuk kita berkorban. Maka pilihlah mana yang ingin kamu korbankan lebih dulu.
Mengorbankan cinta demi cita-cita, atau mengorbankan cita-cita demi cinta.
Yang pasti, satu hal dari ku yang ingin kita sama-sama tahu sebagai wanita, bahwa semakin dewasa, seriusilah hal-hal yang kita ingin sekali raih hal itu (cita-cita), kelak kita akan sadar dan mudah melihat lelaki mana yang benar-benar serius pula ke kita. Sadar ataupun tidak, di usia 20++ bukan hal mengejutkan lagi jika seorang wanita ingin diajak ke jenjang yang serius, maka pintar-pintarlah kita membuat keputusan sebelum orang yang kita pilih nantinya benar-benar layak mengemban gelar ayah dari anak mu nanti. Semakin kamu pintar membawa diri dan meningkatkan intelektualitas pikiran dan etika, maka semakin bisa kamu meminimalisir sakit hati dan laki-laki yang hanya datang untuk main-main.
-- FINALLY, CHOOSE YOURSELF FIRST. BECAUSE YOU'RE VALUABLE --
---------------------------------------------------------------------
Hi, Aku Maulidya Marta Zalsabila. Cewek yang sekarang ini ada di se-usia an kalian lah yaa, haha sok asik banget ya. Sebelum memasuki usia 21tahun, akhirnya tulisan ini terbit juga. Sengaja menulis ini karena aku terinspirasi melalui film yang baru aja ku tonton. Perjalananku dulu memang tidak mulus, pernah ke psikolog juga karena trauma masa kecil yang berimbas pada kisahku ketika mengenal cinta di masa remaja, aku berharap dengan menulis di blog ini, bisa membuat kita semua aware dan bisa secure dengan dirinya sendiri. Dan aku berdoa semoga kita adalah wanita-wanita yang beruntung itu nantinya!
Psikiater ku pernah bilang, bahwa salah satu terapi untuk bisa lebih tenang adalah dengan cerita, namun jika kamu enggan bercerita dengan seseorang, menulis adalah salah satu alternatifnya dan aku memilih opsi kedua itu.
Gagal, kekecewaan, penyesalan, kelabilan, gegabah memutuskan, adalah masa-masa yang menemani proses pencarian jati diri kita. Kita pernah berada di kondisi yang sedemikian itu pastinya, namun kabar baiknya adalah kita menjadi lebih dewasa dan bijak dalam menyikapi sesuatu dari segala sudut pandang. Itulah yang namanya pelajaran, ia bisa datang lewat hal paling tidak mengenakkan sekalipun dalam hidup.
Wanita, Cinta dan Cita-cita. Choose your path!