Wednesday, May 14, 2025

Hai, Ini Kamu?


Dinding rumah seketika berubah menjadi warna hijau telur asin dengan banyak coretan crayon dan pensil yang tidak jelas memiliki bentuk apa, ada yang ingin menggambar sebuah bentuk manusia namun terlihat seperti anomali, ada yang terlihat menggambar bunga tapi terlihat seperti bola benang yang ruwet, dan juga tulisan tulisan abjad yang naik turun tanpa estetika sama sekali. Diriku tertegun sejenak, tatkala menyadari ada suara tawa anak berusia 3tahun yang memiliki pipi chubby dengan tubuh berisi yang menggemaskan itu, dia memegang permen yang baru saja diemut pada tangan kecil itu hingga membuatnya telapak tangannya sangat lengket karena dibuatnya bermain, rupanya itu membantu sistem motoriknya dalam mengenali benda. Aku geleng-geleng melihat tingkahnya, dan saat ingin beranjak dari tempat itu, aku menyadari ada satu tulisan yang sempat terbaca dalam dinding penuh coretan yang memuakkan mata itu "Salsabila" Dengan mencoret huruf S dan meralatnya menjadi huruf Z di atasnya, sehingga berarti terbacalah nama belakangku, "Zalsabila" Hal itu sontak membuatku terkejut, rupanya aku tenggelam dalam sebuah dimensi lain yang mundur belasan tahun silam dan bertemu dengan diriku di masa lalu. Diriku yang berusia 3tahun itu rupanya sedang belajar menggambar -menulis dan hanya nama ku saja yang lihai ia hafalkan, walaupun selalu typo pada huruf awalnya. Aku tersenyum getir.. 

Aku berbalik dan menghampiri sosok yang sedikit berpindah tempat tadi, dengan tangan yang sedikit gemetar, aku menyentuh bahu kecil nan lembut itu seraya berkata "H-hai.." Ucapku agak gugup menahan segala hal yang ingin tumpah ditempat. Bocah cilik dan polos itu lantas menatapku penuh penasaran, ia tak banyak bicara, hanya menatap dan diam. Bola matanya yang bulat dengan pancaran yang berbinar, kini saling bertatap dengan mata berusia 20tahun yang sudah memandang banyak baik buruknya kehidupan. Seketika air mata yang sedari tadi ingin tumpah, kini tak bisa menahan pertahanannya. Mata yang memandang sorot indah itu kini menangis, dan bertanya pada diri kecilku "A-apakah kamu sekarang bahagia?" Tanyaku dengan senyum yang masih kupaksakan.. Ia merespon dengan semangat dan mengangguk tanpa berfikir panjang. Aku semakin menangis, perlahan menata nafasku untuk kembali berkata-kata, "Apakah kamu bisa untuk terus bahagia?" Anak kecil yang sudah sedikit pandai berbicara itu menyahut, "Iya, tapi atu mau boneka gak dibeliin" Aku memandangnya dengan mata penuh kasih dengan linangan air mata yang masih mengalir di pipiku.. Aku menarik nafas panjang, menghembuskan nya lagi, dan memberanikan diri memeluk tubuh kecil yang sedikit gemuk nan pluffy itu sembari berkata, "Zalsa.. nanti, kalo kamu udah gede.. kamu bakal nemuin lebih banyak hal yang ga sesuai dengan harapan serta ekspektasi kamu.." Aku berhenti sedikit, membiarkankan diriku terisak sembari memeluk diri kecil yang masih bersih dari segala luka dan bekasnya itu.. Lalu kulanjutkan, "Aku tidak tau kita akan berapa lama berjumpa kembali, tapi tanpa mau melewatkan momen ini, izinkan aku untuk memeluk mu lebih lama sembari bercerita bahwa dirimu di masa depan itu akan lebih banyak mengalami yang namanya kekecewaan, dan juga penyesalan.." Lagi-lagi aku menghentikan kata-kataku sampai titik dan mempersilakan mengisakkan tangisku untuk keluar.. Sosok kecil itu dengan polos nya bertanya, "Amu enapa angis.. amu gak dibeliin mainan kayak atu?" (Kamu kenapa nangis, kamu ga dibelikan mainan kayak aku?)
Pertanyaan itu membuatku tersenyum lebih lembut.. sembari mengusap air mata dan merasa sudah sangat lega memeluk diri kecilku, aku melepaskannya dan menatapnya dalam.. Kuamati segala hal yang ada pada diri kecil itu.. 
Dan melanjutkan, "Kelak kamu akan menjadi kakak yang kuat zalsa, kamu akan seperti Princess Aurora kesukaanmu yang cantik dan menyukai warna pink itu.. Tapi kehidupan di depan nanti tak akan selembut warna kesukaanmu. Dirimu yang lembut ini nanti nya akan ditempa untuk memiliki hati sekuat baja.. Seringkalinya, hidupmu akan berwarna abu-abu, putih, atau bahkan hitam.. Kamu akan seperti Power Rangers yang akan menghadapi banyaknya masalah di dunia ini.. Tapi kamu juga akan tetap bisa mengentaskannya. Baik dari orang-orang terdekatmu, maupun dari orang-orang yang kamu cintai.." 

Dia mendengarkan ucapanku dengan seksama, tak menoleh dan tak bergeming sekalipun. Mata kita saling bertaut dalam keheningan itu.. Dan ia kembali membuka suara setelah mengamati wajah berdebu nan kusam dengan lingkar hitam dibawah mata milik orang yang ada dihadapannya itu
 "Apa amu tapek?" (Apa kamu capek?). Tanya singkat dan penuh rasa penasaran..

Deg!
- Apa kamu capek? -

                  - Apa kamu capek? -
- Apa kamu capek? - 
 .......
....
  .........
        .... aku.. capek.. ?

Aku hanya diam termangu, tatapan kosong tanpa berkedip, dan seolah jantungku ikut tersentak.. Rasanya ada kesesakan yang lama tidak pernah di tampakkan kini ikut hadir.. Menyadari bahwa diriku selama ini tidak pernah mengizinkan untuk sekedar terlihat lelah.. Walaupun nyatanya tidak ada manusia yang tidak merasa lelah. Namun diri kecilku lah yang pertama kali menyadari itu. Ya, lagi-lagi hanya diri sendiri lah yang pada akhirnya harus dipeluk lebih lama dan dipahami.. Dialah sosok Zalsa kecil yang berkata apa adanya itu. 

"Ini emen buat amu, angan edih yaa, anti ain ketini ajaa" (Ini permen buat kamu, jangan sedih yaa, nanti main kesini ajaa) 
Ucap sosok kecil itu sembari menyodorkan permen yang sedari tadi dia genggam di telapak tangan yang sudah lengket. Seketika hal itu menyadarkanku yang masih termangu.. Aku memandanginya, ingin rasanya aku memberi tahu bahwa sejujurnya aku memang sangat lelah.. Lebih dari apa yang dia lihat di hadapannya saat ini. Ada banyak luka yang tidak ia lihat dibalik sosok yang berhadapan dengannya, luka yang masih membekas, luka yang belum tertutup, dan bahkan luka-luka lain yang masih ternganga tanpa pernah terobati dengan kata maaf.. 

Dalam diam lamaku yang masih tertegun akan keadaan itu, tiba" coretan dan gambar dinding yang terlihat oleh mata kini kian pudar perlahan-lahan.. Dinding berwarna hijau telur asin kini pudar menjadi dinding berwarna pink muda yang ada di kamar ku.. Dan sosok kecil menggemaskan nan ceria yang ada dihadapanku kini ikut menghilang sembari tertawa sembari bermain dengan teman-teman masa kecilnya.. 
Aku hanya bisa memandanginya dengan perasaan yang belum sepenuhnya rela jika harus berakhir sampai disini, rasanya aku bahkan sekarang tidak cukup berani untuk menghadapi duniaku kembali. Namun.. bersamaan dengan hilangnya dimensi masa kecilku itu, aku menyadari, bahwa sedari kecil aku ternyata telah berusaha untuk terus mencoba dan belajar walaupun itu tidak akan langsung sempurna. Seperti halnya gambaran-gambaran seperti anomali dan abstrak tak berbentuk itu.. Ternyata diri remajaku kini bahkan sudah bisa menggambar satu manusia utuh yang indah, pun juga tulisan-tulisan tak terbaca itu.. Kini ternyata telah berubah menjadi satu alur yang runtut dan menyukai bagian sastra yang saat ini bisa dibaca oleh pembaca.. 
Ternyata, Zalsa kecil itu telah mempunyai hobi nya sejak kecil.. Dan ia tidak berhenti meminati kesukaannya sampai saat ini. 

Pandangan pun menjadi gelap seutuhnya.. Setelah semua telah benar-benar hilang dari pandangan.. 


---------------------------------------------------------------------------

Aku pun terbangun dari mimpi yang terlihat nyata itu dan masih mengingat semua runtutan kejadian yang telah kutemui tadi. Tidur singkat akibat kelelahan itu membuatku terbangun setelah menyelesaikan beberapa tanggungjawab yang ku emban, tepat 15 menit sebelum ada kelas lanjutan. Aku tersenyum, rasanya ada sesuatu yang telah lama hilang dalam diriku dan sudah kutemukan kembali. 

Mimpi masa kecilku boleh saja tidak realistis.. Namun usaha yang dilakukan untuk mencapai mimpi itu tentunya harus tetap realistis. 
Aku dulu mungkin memang mencita-citakan ingin menjadi seorang scientist, dengan menekuni bidang ilmu eksak seperti biologi, kimia, atau bidang geografi dan sebagainya. Bahkan telah mengikuti beberapa olimpiade dan kompetisi sampai memenangkannya. Namun ternyata, jalan ku bukan disitu.. Aku rupanya tetap bergelut dengan hobi dan minat untuk menuangkan seni dan aktivitas yang lebih bebas dalam wadah sastra. Namun hal itu tidak membuatku kosong dalam ilmu pengetahuan yang lain, karena aku tidak menyesal dulu pernah menekuni cabang ilmu yang pernah ku geluti. Dalam sastra, rupanya aku lebih menemukan makna yang tidak terlihat dalam dunia, makna yang sulit dimengerti, makna yang sering disalah pahami, dan aku suka mengurai hal-hal yang rumit agar lebih mudah untuk dimengerti. Yang tidak semua orang memiliki sense itu.

Jika ditanyakan apakah cita-citaku masih sama seperti dulu? Mungkin saat ini aku mengatakan tidak. Aku akan mengatakan bahwa cita-citaku adalah menjadi orang yang berguna dan memiliki dampak kepada orang lain tanpa harus ter-diskredit kan dengan latar belakang apapun itu, dan jika bisa lebih hebat dari cita-citaku dulu, itulah yang saat ini sedang kuusahakan. 

Menyadari akan banyaknya mimpi yang terkubur atau bahkan yang tidak tercapai, perjuangan yang tidak sesuai ekspektasi, rasanya aku menjadi orang yang gagal dan tertinggal. Terlebih memasuki usia 20an tahun saat ini, kelihatannya semua orang terkesan sangat kebut-kebutan untuk menunjukkan bahwa dirinya telah berhasil, belum lagi tuntutan dan harapan orang terdekat untuk melihat keberhasilan diri ini, atau mungkin bagi laki-laki konteksnya sedikit berbeda, ia mulai memikirkan kesiapannya untuk mengusahakan kehidupan yang layak dengan sosok wanita idamannya dimasa depan, jika dia sudah memiliki sosok tujuan nya. Namun berbeda dengan wanita, siap maupun tidaknya dia akan dipinang oleh siapapun itu ia akan tetap harus mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang ibu serta istri yang baik dimasa depan. Menunggu sosok laki-laki yang berjanji menikahinya pun juga tidak bisa dia beri jaminan, karena action speak louder than words (usaha lebih nyata (di akui) dari sekedar ucapan). Dan itulah yang dipegang wanita serta laki-laki sebagai bukti keseriusan. 

Melihat fenomena itu, kita menyadari bahwa satu persatu teman bermain masa MTs-MA atau setingkat SMP-SMA pergi untuk menikah, pergi untuk meneruskan usahanya yang berhasil, pergi untuk merantau lebih jauh demi pendidikan tingginya, dan kesuksesan yang lain-lain. Ternyata kita sudah menuju kedewasaan, atau bahkan sudah dewasa. Namun apakah timing kita harus sesuai dengan mereka? The answer absolutely No.. Jawabannya tentu saja tidak. 
Aku sadar, ternyata rasa overthingking itu gaperlu terlalu didengarkan, walaupun kehadirannya di beberapa situasi perlu.
Ternyata rasa minder itu gaperlu, toh ternyata kapasitas mu dan orang lain itu berbeda, kamu pas nya menekuni ini, dan dia disitu.
Ternyata rasa ga pantas buat siapapun itu gaperlu, toh ternyata kamu selama ini selalu berusaha sesuai dengan kemampuanmu bahkan lebih keras lagi untuk menjadi lebih baik dari yang dulu.
Ini hanya tentang diri kita yang sekarang dan yang dulu. Bukan tentang diri kita dan orang lain.
 
Melihat keberhasilan dan capaian orang lain, salah jika hanya kita jadikan untuk sarana membandingkan tanpa belajar dan meng-upgrade diri. Kita tidak tahu se-awal apa mereka telah mengusahakan keberhasilan yang sedang mereka nikmati sekarang, kita tidak tahu ada apa saja yang telah mereka relakan untuk memiliki mental sekuat itu sampai ada dititik yang mereka nikmati sekarang. Yang perlu kita prioritaskan sekarang adalah, saat ini kita sudah sampai mana? sudahkah puas sampai disini? atau, mau kah kita mengusahakan untuk menjadi lebih dari ini? 
Pelan-pelan saja, sesekali dengarkan apa kata dirimu. Sering-seringlah kamu menyadari bahwa kamu selama ini sudah tumbuh lebih baik dari anak kecil yang tidak ahli apa-apa saat itu.. Jika kamu lelah, coba sesekali berbicaralah dan sadari kehadiran dirimu sendiri.. dan temui kesenanganmu lewat hal-hal yang kamu sukai. Walaupun tidak menghilangkan lelahmu sepenuhnya, setidaknya kamu tahu kapan harus bersanding dengan rasa lelah, dan kapan harus mengistirahatkannya. 


-End- 



---------------------------------------------------------------------------

Hallo, it's me. Orang yang mulai nulis ini adalah orang yang mungkin sama seperti pembaca. Sering menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna dan tidak berbakat, dan sering merasa gagal. Namun kehadiranku disini ada untuk berdamai dengan diri kita. Bahwa proses ku sampai saat ini adalah rentetan dari perjuangan panjang yang tidak mudah. Dan masih tetap memperjuangkan mimpi-mimpi lain agar tidak sampai tenggelam kembali. Semoga kamu memiliki tekad yang lebih baik untuk mencoba nya! Dan kita tidak boleh menyerah sampai disini.
Aku memang belum dikatakan berhasil, tapi aku menyadarkan dan menemani pembaca bahwa dalam berproses, kamu tidaklah sendirian.
Ini, permen buat kamu "🍬"

Dari aku yang nulis ini, 
Maulidya Marta Zalsabila.




No comments:

Post a Comment

Tentang Wanita, Cinta, dan Cita-Cita?

Aku menangis sebelum akhirnya menemukan suatu ide untuk menuliskan ini. Yang mana hampir 80% relate dengan diriku. Ya, sebelumnya aku menont...